Senin, 14 Januari 2013

CINTA dan WAKTU


Alkisah, disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti CINTA, KESEDIHAN, KEKAYAAN, KEBAHAGIAAN, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu. Air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan, sebab Ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu, air semakin naik dan mulai membasahi kaki CINTA.

Tak lama kemudian CINTA melihat KEKAYAAN sedang menggayuh perahu. “KEKAYAAN! KEKAYAAN! Tolong aku!” teriak CINTA. “Aduh, maaf CINTA, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”
Lalu kekayaan cepat-cepat menggayuh perahunya pergi. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya. “KEGEMBIRAAN!, Tolong aku!” teriak CINTA. Namun KEGEMBIRAAN terlalu  bergembira menemukan perahu, sehingga Ia tidak mendengar teriakan CINTA.

Air semakin meninggi hingga membasahi pinggangnya, dan CINTApun mulai panik. Tak lama kemudian, lewatlah KECANTIKAN. “KECANTIKAN! Bawalah aku bersamamu,” teriak CINTA. “Wah CINTA, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini,” sahut KECANTIKAN.
CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat KESEDIHAN. “KESEDIHAN, Oh KESEDIHAN bawalah aku bersamamu,” kata CINTA. Maaf CINTA, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja.” Kata KESEDIHAN sambil menggayuh perahunya.

CINTA sudah mulai putus asa. Ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “CINTA mari segera naik perahuku.” CINTA menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan CINTA dan segera pergi lagi. Pada saat itulah, CINTA baru sadar bahwa Ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakan orang tua itu kepada penduduk pulau, siapa sebenarnya orang tua itu.

“oh orang tua itu tadi?, Dia adalah WAKTU,” kata penduduk. “ Tapi kenapa Ia menyelamatkannku?, Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku,” kata CINTA heran.
“Sebab, hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu.”

(dikutip dari buku Cita-Cita karya M. Iqbal Dawami)


Setelah membaca cerita di atas, mata saya jadi terbuka. Ternyata inilah jawaban dari pertanyaanku selama ini. Untuk mendapatkan cinta yang murni hanya bisa ditempuh dengan waktu. Segala beban hiduppun bisa diselesaikan dengan waktu. Kita hanya perlu bersabar, dan bersabar itu butuh waktu. Untuk menjadi orang sukses juga perlu waktu.
Waktu itu lama, waktu itu panjang, waktu itu tua. Dengan waktu kita jadi tahu seberapa besar dari cinta itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar