Tadi pagi mendapat telepon dari teman baik Ibu, Bu Us namanya. Keturunan Tionghoa Jawa yang tajir karena punya usaha catering yg laris di Semarang. Dia tidak punya suami maupun anak,, saya juga ga mau jadi anaknya because galaknya mirip kuntilanak beranak. Tapi beliau orangnya baik, terutama sama ibu saya.
Masih bingung juga kenapa pagi-pagi ada orang nelfon. Setahuku semenjak Ibu meninggal jarang ada telpon sepagi ini.
Tanpa basa-basi Bu Us menanyakan sebab kematian Ibu. Mungkin beliau penasaran karena saya belum sempat cerita banyak dulu. Sekarang sudah lebih dari 40 hari kematian Ibu, mungkin Bu Us baru berani sekarang menanyakan sebab kematian Ibu saya, karena takut saya sedih.
Bu Us menanyakan kabar saya juga, dan tentunya saya masih sangat kehilangan. Apalagi beban hidup kini semakin berat. Tempat saya mencurahkan segalanya sudah tidak ada. Mungkin jika Ibu saya masih hidup saya akan nyanyikan lagunya Ebit G Ade yang akan saya ganti liriknya sedikit
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ibu, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Ibu, I Love You So Much
semoga anakmu ini menjadi orang yang berguna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar