Minggu, 15 September 2013

Marah pada Siapa?

Setiap orang pasti pernah mengalami kekecawaan, entah dikecewakan oleh teman, orang tua bahkan pasangan sekalipun. Sayapun juga pernah mengalami kekecewaan serupa.
Yang jadi masalah adalah apakah dengan dikecewakan lantas kita membenci orang tersebut?
Boleh saja jika jika menaruh dendam dengan seseorang karena sifat manusia memang demikian, namun dendam tersebut harus segera digantikan dengan memaafkan. Tuhan saja maha pemaaf masak kita tidak, klise memang.
Namun jika yang mengecewakan kita adalah Tuhan bagaimana, akankah kita memaafkan Tuhan?
Saya sempat merasa marah dengan Tuhan karena beliau tidak mengabulkan doa saya. Sejak dulu sehabis sholat saya selalu berdoa padaNya “Ya Allah, doaku cuma satu, berikan aku kesempatan untuk membalas kebaikan Ibuku, berikan aku kesempatan menjadi orang besar agar bisa melihat ibuku menangis karena bahagia. Berikan satu kesempatan saja Tuhan, selanjutkan terserah engkau mau apakan aku.”
Namun Tuhan tak kabulkan doaku, Ibuku harus pergi selama-lamanya, sebelum melihatku wisuda, bahkan sebelum melihatku jadi orang besar. Tangis kebahagiaan yang ku harapankan berubah menjadi tangis pilu yang menyakitkan.
Aku baru tahu jika orang koma juga bisa menangis, maklum saat itu ibu berbaring lemah tak sadarkan diri selama 7jam akibat hipertensi. Aku juga tidak menyadari jika itu tangisan terakhirnya. Jika aku tahu pasti cepat-cepat ku hapus air matanya dan berucap
 “Bu, Tuhan itu baik, Tuhan pasti kabulkan permohonanku. Tuhan pasti jadikan aku orang besar, supaya ibu bisa menangis bahagia karena melihatku.”
Namun itu tak pernah terjadi. Tuhan tak kabulkan permohonanku.
Lantas, apakah dengan begitu aku membenci Tuhan, dan memakinya
Tuhan itu ada dalam jiwa setiap hambanya, ya.. ada dalam diri masing-masing orang. Tuhan memang tidak berwujud tapi Dia ada. Jika kita memaki Tuhan berarti kita memaki diri sendiri, jika kita menyalahkan Tuhan berarti kita menyalahkan diri sendiri. Ada pepatah yang menyatakan ‘suara hati adalah suara yang paling jujur,” ya itu betul, karena itu adalah suara Tuhan.
Tuhan akan dekat selama Dia selalu dilibatkan dalam berbagai keputusan, dan sebaliknya. Lalu apakah sampai detik ini saya masih marah dengan Tuhan?..
Ya, saya masih marah dengan Dia, Tuhan masih punya hutang ke saya, yaitu menjadikan saya orang besar, dan kali ini doa saya gak tanggung-tanggung. Saya ingin seluruh Ibu-ibu yang melihat saya bisa menangis bahagia. Tuhan yang Maha Pemurah pasti mengabulkan doa saya.

(Just Kidding Tuhan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar