Jumat, 15 Mei 2015

Ajaran Bushido

Mungkin kita pernah mendengar nama Samurai Jepang. Merupakan pasukan Jepang pada jaman shogun yang bersenjatakan pedang. Pasukan ini terkenal dengan loyalitasnya yang tinggi dan disegani oleh bangsa-bangsa lain pada masa itu. Anda mungkin juga pernah mendengar istilah Hara-kiri yaitu tradisi bunuh diri yang dilakukan seorang samurai demi menjaga martabat atau menebus kesalahannya.

Dalam tradisi Hara-kiri dan juga jiwa seorang samurai tak bisa dipisahkan dengan ajaran BU-SHI-DO, yaitu sebuah aturan-aturan, dogma, dan prinsip yang harus dimiliki seorang samurai sejati. Saya akan bahas 8 ajaran Bushido menurut sudut pandang saya. Menurut saya ajaran ini akan membantu para pemimpin, guru, mahasiswa, maupun orang biasa seperti saya yang ingin menjadi kesatria.

Kesatria atau pahlawan dalam hal ini bukan menjadi seorang samurai yang selalu membawa pedang kemana-mana, tapi menjadi satria yang berani berkata benar, memiliki kehormatan, setia dan tulus dalam segala tindakan dan tentunya menjadi pribadi yang dicintai banyak orang layaknya seorang samurai atau pahlawan yang rela mati di medan perang.

8 Ajaran BU-SHI-DO
1.    KEBENARAN
Hal paling menjijikan seorang samurai adalah kebohongan, berbuat curang dan licik. Kebenaran adalah tulang yang memberikan bentuk dan ketegasan. Tanpa tulang kepala tidak bisa berada di puncak punggung, tangan tak bisa bergerak dan kaki tak bisa berdiri. Jadi tanpa kebenaran bakat maupun pembelajaran tidak akan bisa membentuk seseorang menjadi samurai.

2.    KEBERANIAN
Keberanian hanya layak menjadi bagian dari kebajikan jika dijalankan dengan landasan kebenaran. Orang bodohpun bisa melakukan keberanian, namun keberanian sejati adalah hidup ketika hidup, dan mati hanya apabila mati itu benar.

3.    KEMULIAAN/PENGAMPUNAN
Syarat menjadi seorang pemimpin adalah kemuliaan. Kong Hu Tse menulis “Biarkan seorang pangeran memupuk kebajikan dan orang-orang akan datang berduyun-duyun kepadanya. Bersama mereka akan datang tanah. Tanah akan membawa kekayaan. Kebajikan adalah akar, dan kekayaan adalah buahnya.”

Kemulaiaan dan perasaan halus melahirkan kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Kepedulian terhadap orang lain adalah akar kesopanan.

4.    KESOPANAN
Kesopanan adalah harta karun, meskipun seandainya itu tidak lebih dari bentuk keanggunan sikap. Kesopanan adalah ekspresi rasa simpati. Kesopanan mensyaratkan kita menangis bersama mereka yang menangis, dan bergembira bersama mereka yang bergembira.
Rasa simpati ini terekspresi dengan sendirinya tanpa kita sadari dalam tindakan kehidupan sehari-hari.

5.    KEJUJURAN DAN KETULUSAN
Tanpa kejujuran dan ketulusan, kesopanan hanyalah basa-basi dan tidak ada artinya. Bagi seorang samurai berbohong atau berpura-pura adalah tindakan pengecut. Ucapan yang dilontarkan seorang samurai mewakili kehormatannya. Seorang samurai berpendapat “Manusia harus membenci uang, karena kekayaan menutupi kebijaksanaan.”

Samurai yang cerdas pasti paham bahwa uang adalah urat perang. Bushido memang mendorong sikap hemat tapi bukan untuk alasan ekonomis, melainkan bentuk menahan hawa nafsu. Kemewahan dipandang sebagai kejahatan terbesar bagi kemanusiaan. Dan kesederhanaan  adalah syarat yang harus dipenuhi oleh kalangan pejuang (kesatria).

6.    KEHORMATAN
Ciri samurai adalah memiliki rasa kehormatan. Kehormatan merupakan kesadaran tertinggi akan harga diri dan kelayakan pribadi. Bushido mendorong kemuliaan dan kesabaran. Kesabaran berarti menanggung yang tak tertahankan.

Lelasu mengatakan bahwa “Jangan mencela siapapun, akan tetapi waspadalah selalu atas kekuranganmu sendiri.”

Kumazawa berkata “ Apabila orang lain menyalahkanmu jangan kau menyalahkan mereka. Apabila orang lain marah padamu, jangan kau balas kemarahannya. Kemenangan hanya akan datang ketika nafsu dan hasrat pergi.”

Sedangka Saigo berpendapat “Cintailah orang lain dengan cinta yang sebesar kecintaanmu kepada dirimu sendiri.

Mereka (3 tokoh samurai diatas) tidak sekedar mengatakannya, melainkan mewujudkan dalam tindakan.



7.    KESETIAAN
Kesetiaan pribadi dirasakan oleh berbagai kalangan orang, termasuk skelompok pencuri yang bersumpah setia kepada pimpinannya. Dalam Bushido praktik yag dilakukan oleh samurai yaitu, Sappuku atau Hara-kiri bukanlah tindakan bunuh diri semata akan tetapi sebuah tradisi, baik legal mapun seremonial. Ritual bunuh diri yang dilakukan adalah wujud kesetiaan seorang samurai kepada majikannya. Itu adalah jalan seorang pejuang untuk membayar kejahatan, meminta maaf atas kesalahan, menghindari kehinaan, membebaskan temannya dan membuktikan ketulusan.

Ini adalah cerita kematian yang mulia, tetapi hanya dalam kode kehormatan dan kebenaran kesetiaan mencapai fungsi tetingginya.

8.    KARAKTER DAN PENGENDALIAN DIRI
Apabila seorang guru berusaha menajamkan karakter bukannya kecerdasan, jiwa bukannya otak, maka pekerjaannya mengandung unsur-unsur yang suci.
“Orang tualah yang melahirkan aku, gurulah yang menjadikanku manusia.”  Demikianlah pepatah berkata. Oleh karena itu pengabdian seorang guru tidak dibayar dengan emas atau perak. Bukan karena pengabdiannya tidak ada nilainya, melainkan justru karena tak terkira nilainnya.

Dogma moral Bushido bagaikan sinar pemandu dari langit. Ia tetap layak bagi siapapun yang ingin meraih kesuksesan tanpa mengorbankan karakter. Mencapai kemakmuran sembari tetap demawan, penuh kasih sayang dan mencapai harta yang paling tak ternilai alias ukuran kesejahteraan tertinggi yakni kepuasan.

(Dirangku dalam buku Strategi Hideyoshi Another Story Of The Swordless Samurai, oleh Tim Clark)